Selasa, 18 Juni 2013

perjalanan hidup



Tunjungan Plaza
Selasa, 18 Juni 2013
16:23
Ditulis dengan kebuntuan, tentu dengan tujuan keluar dari kebuntuan itu sendiri.

Sore ini, aku dan motorku yang sudah kotor berdebu karena lama tidak dikendarai melakukan perjalanan ke sebuah pusat perbelanjaan di Surabaya. Setelah sekian lama berkuliah di Surabaya, akhirnya aku bisa mengarahkan motorku ke tempat ini tanpa sekalipun nyasar seperti saat-saat pertama aku mencoba mengendarai motorku ke sini.

Bukan hanya sebuah perjalanan fisik, seringkali perjalanan yang aku lalui sendiri menjadi sebuah perjalanan batin. Alhasil, perjalanan absurd ini lagi-lagi membuatku banyak berpikir dan menghasilkan sebuah analogi mengenai kehidupan.

Ya, menurutku perjalananku ini bisa dianalogikan seperti perjalanan hidup. Setiap manusia tentunya dilahirkan sendirian (*bayi kembar sih masuk gak ya hehe) dan akan kembali ke bumi pun tanpa didampingi siapapun kecuali malaikat. Namun, bagian di antara hidup dan mati itulah kita berada sekarang. Seringkali, kita merasa takut sendirian dalam hidup. Seperti senja ini ketika aku melangkahi tiap meter dalam Mall ini tak berkawan, terlebih ketika harus melewati segerombolan laki-laki tak dikenal, tentu sebagai perempuan rasa takut ini akan muncul. Begitu pula hidup, memang tidak menyenangkan ketika kita harus menjalaninya sendiri. Tapi toh pada kenyataannya, kita tidak selalu bisa menemukan teman yang bisa menemani ketika semisal kita ingin pergi ke Mall. Adapun teman, terkadang seleranya tidak sesuai dengan selera kita. Tentu tidak semua orang yang berpergian ke sebuah pusat perbelanjaan ingin melakukan transaksi belanja. Ada saja beberapa orang yang hanya ingin duduk sambil menikmati frozen yoghurt seraya mengamati hilir mudik orang yang mengitari Mall. Ada juga yang hanya ingin mengelilingi toko buku untuk membaca sinopsis buku baru bahkan tanpa perlu membeli, dia sudah merasa senang. Ada saja.


Semua orang tentu memiliki perspektif dan tujuan masing-masing dalam menjalani kehidupan. Seperti itu pula kebutuhan kita dalam mendapatkan teman hidup, bukan hanya pasangan, namun sahabat yang. Mungkin sering terpikir oleh masing-masing dari kita memiliki seorang teman hidup yang bisa mengerti segala keinginan kita, satu selera dengan kita dan selalu ada. Padahal faktanya, hidup adalah sebuah timbal-balik, sebuah take and give. Rasanya tidak adil ketika kita ingin dipahami tanpa pernah mencoba memahami, atau ketika ingin selalu diutamakan padahal kita sendiri masih sering mengutamakan diri sendiri.

Hidup bagai sebuah perjalanan. Dengan teman, kita harus bisa memahami keinginan dan tujuannya dan mengungkapkan keinginan dan tujuan kita. Sendiri pun, kita harus bisa mencapai tujuan kita meski hanya mencari tempat duduk di sebuah outlet frozen yoghurt harga Medium ukuran Large (*kata mbak-mbaknya) yang tidak habis kau kecap. Tidak bisa dipungkiri bahwa sebuah perjalanan tanpa kawan akan terasa kurang menyenangkan, terlebih ketika kita sudah terbiasa bersama.
Maka dari itu, kita perlu menemukan teman yang bisa memahami dan bisa dipahami untuk membantumu menghabiskan frozen yoghut yang telah kau bayar mahal untuk menggantikan kesedihanmu akan kesendirian.

Bangku hijau sour sally
17:16

nb: bahkan butuh waktu lama dan susunan kata yang berantakan untuk menuliskan pergolakan batin ini.
nnb : tulisan ini dibuat bukan sebagai bentuk kegalauan, semacam renungan(?) cuma analogi aja, don't be too serious, ini cuma blog, bukan Tugas Akhir :3


1 komentar:

  1. Aik :') realizing . Totally agree to this buntu posting. Sorry for not joining with you today :'(

    BalasHapus