Rabu, 19 Juni 2013

Man saara ala darbi washala



Judul Buku                 : Rantau 1 Muara
Penulis                       : A. Fuadi
Tebal                         : 407 halaman
Harga                        : 75.000
Cetakan pertama       : Mei 2013
            Setelah sukses dengan buku Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna, Penulis asal kampung Bayur ini melengkapi trilogi kisah apik kehidupan si Alif yang ia kemas dalam Rantau 1 Muara. Alif yang pada novel sebelumnya, Ranah 3 Warna, menjalani masa Mahasiswanya dengan pertukaran pelajar ke Kanada kini kembali ke Bandung untuk menyelesaikan pendidikan S1 Hubungan Internasionalnya di kampus Universitas Padjajaran, Bandung. Sekembalinya Alif ke tanah air segala hal tidak serta merta menjadi mudah bagi ia yang telah memasuki masa akhir perkuliahan S1.  
            Sembari menjadi pengisi artikel tetap di sebuah media yang menjadi penyokong hidupnya beserta amak dan adiknya di kampung, Alif menyelesaikan kuliahnya di masa krisis moneter. Awalnya Alif tidak kelimpungan mencari kerja seperti yang dialami oleh beberapa teman Alif, kepercayaan diri Alif yang besar karena telah mengelilingi separuh dunia serta tulisannya yang tersebar di Indonesia. Perusahaan mana yang tidak tergiur merekrutnya? sampai pada akhirnya efek krisis moneter menjelma menjadi monster yang melahap pekerjaan Alif sebagai pengisi sebuah artikel. Harga kertas yang naik menjadi alasan dibekukannya artikel rutin Alif. Seketika hidup Alif menjadi lebih sulit dari sebelumnya.
            Krisis moneter yang kala itu melanda negeri kita menyebabkan kesulitan bagi para pencari pekerja fresh graduated macam Alif dan kawan-kawannya. Belum lagi Randai, kawan lamanya di kampong yang selalu menjadi saingannya dalam mengukur kesuksesan yang sudah memanas-manasinya dengan memamerkan pekerjaannya. Bukan semakin ciut, Alif bahkan menerima tantangan Randai untuk saling mendului mengenyam pendidikan serta bekerja di benua Eropa atau Amerika. Bahkan pada saat ia menerima tantangan itu, dia sudah tertinggal langkah mengenai pekerjaan dengan Randai. Setelah penantian panjang Alif pun menerima sebuah angin segar dari Majalah Derap sebuah majalah skala nasional yang prestisius kala itu. Derap menjadi langkah resmi pertamanya dalam membangun konsistensinya sebagai seorang jurnalis, menulis adalah hal yang tidak pernah berhenti ia lakukan sedari nyantren di Pondok Madani.
            Di Derap pulalah ia menemukan wanita yang berhasil meluluhkan hatinya setelah sempat dipatahkan oleh Raisa yang lebih memilih Randai, ya perempuan itu adalah Dinara. Bermata indah, seorang anak ibu kota keturunan Minang dan memiliki wawasan luas semakin memesona Alif. Akan berhasilkah Alif mendapatkan Dinara? Atau akan sama dengan nasib surat untuk Raisa yang tidak pernah tersampaikan hingga akhirnya Randai menduluinya?
            Rantau 1 Muara mengajarkan pembacanya sebuah bentuk konsistensi dalam mencapai kesuksesan, sebuah mantra berbunyi Man saara ala darbi washala,  siapa yang berjalan di jalan-Nya akan sampai ke tujuan melengkapi dua mantra Man jadda wa jada serta Man shabara zhafira yang diajarkan pada dua seri pertama  trilogi Negeri 5 Menara. Bang Fuadi dengan rancak menggambarkan kegigihan Alif akan mengejar kesuksesan dan istiqomah dalam berusaha membuat siapapun terenyuh dan tergerak untuk meneladaninya.  Kesuksesannya menjadi jurnalis di benua seberang pun tidak serta merta membutakannya untuk kembali ke keluarga di tanah air, betapa banyak makna yang bisa dituai dari novel ini.

Bertualanglah sejauh mata memandang.
Mengayuhlah sejauh lautan terbentang.
Bergurulah sejauh alam terkembang.

Man jadda wajada
Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.

Man shabara Zhafira
Siapa yang bersabar akan beruntung.

Man saara ala darbi washala
Siapa yang berjalan di jalan-Nya akan sampai di tujuan.

0 komentar:

Posting Komentar