Senin, 27 April 2015

Inovasi Ilmiah Belanda dalam Menangani Polusi Udara

       Jika mendengar Negara Belanda, mungkin hal yang secara spontan dibayangkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia adalah sebuah Negara yang sempat menjajah Indonesia selama 350 tahun. Bayangkan berapa generasi manusia yang hidup pada saat jaman penjajahan Belanda. Bekas jajahannya pun dapat kita amati dari peninggalan gedung-gedung tua dengan gaya khas kolonial Belanda. Namun selain itu, tahukan kamu bahwa Belanda memiliki banyak inovasi yang dapat kita contoh dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari?
Memiliki julukan negeri kincir angin tentu bukan merupakan sekedar ornamen dalam memperindah wajah Negara dengan ibu kota Amsterdam, kincir angin merupakan sebuah inovasi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan rendahnya dataran Negara Belanda. Kincir angin digunakan untuk mengeringkan danau dan rawa untuk mengatasi banjir [1]. Inovasi yang bermula dari permasalahan pelik ini bahkan menjadi ciri khas dari Negara Belanda.

Gambar 1 Kincir Angin Belanda - sumber: http://www.holland.com/us/tourism/article/dutch-windmills.htm
Penerapan inovasi kincir angin mungkin hanya bisa diterapkan pada kondisi suatu wilayah yang permukaan air lautnya lebih tinggi dibandingkan dengan datarannya, seperti Belanda. Namun, masih banyak inovasi yang dilakukan oleh Negara yang sejak 30 April 2013 dipimpin oleh Raja Willem-Alexander yang dapat diterapkan di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah inovasi Belanda dalam mengatasi pencemaran udara. Inovasi yang dirasa sederhana, namun memberikan dampak positif pada penurunan persentase polutan penyebab pencemaran udara di Belanda [2].
Beberapa inovasi yang dilakukan oleh Belanda adalah pengoptimalan pembatas jalan, penanaman tumbuhan di tepi jalan, pembersihan permukaan jalan, kanopi dan pengolahan udara, pelapisan katalis, dan Dynamic Traffic Management (DTM) serta prediksi kualitas udara [3].
Walaupun beberapa inovasi yang disebutkan terdengar sederhana dan tidak keseluruhan inovasi memiliki dampak signifikan dalam penurunan polutan udara, namun pelaksanaan program ini selalu dievaluasi dan dipantau oleh pemerintahan Belanda.
Beberapa inovasi yang telah dievaluasi dan dinyatakan memiliki dampak siginifikan positif dalam pengelolaan pencemaran udara adalah Pembersihan jalan dengan menyemprotkan permukaan jalan dengan larutan kalsium klorida (CaCl) yang terbukti mengurangi konsentrasi partikulat udara. Kesimpulan ini diputuskan oleh ahli kualitas udara internasional berdasarkan data pengukuran kualitas udara. [4]


Gambar 2 Pembersihan Permukaan Jalan. Sumber: Dutch Air Quality Innovation Programme Concluded
Selain itu inovasi DTM juga memiliki efek positif pada kualitas udara. Pemantauan pada cuaca serta lalu lintas bertujuan untuk mengamati titik-titik kemacetan dan mengelola arus lalu lintas. Inovasi ini terbukti memberikan kontribusi dalam penurunan rata-rata tingkat NO¬2 tahunan dan rata-rata harian tingkat PM10 ¬. Kualitas udara dan arus lalu lintas rentan terhadap fluktuasi polusi yang cukup besar. Langkah-langkah yang dilakukan DTM dalam mengurangi emisi lalu lintas adalah dengan mengombinasi arus lalu lintas yang lebih baik, mengurangi kemacetan. [4]
Menutupi jalan tol dengan kanopi juga dinyatakan merupakan cara efektif untuk meningkatkan kualitas udara di sepanjang jalan raya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan kanopi ringan dengan struktur yang tidak membahayakan serta dapat dikembangkan berkelanjutan. Namun penerapan inovasi ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Dari uji yang dilakukan oleh Delft University of Technology di dalam terowongan terbukti bahwa terdapat penurunan partikulat pencemaran udara yang terkait dengan kendaraan bermotor hingga 15%. [4]
 
Gambar 3 Pemberian Kanopi pada Jalan Tol. Sumber: Dutch Air Quality Innovation Programme Concluded

Wah, menarik juga ya inovasi yang dilakukan oleh Belanda dalam mengatasi permasalahan polusi udara. Melihat evaluasi dari beberapa inovasi yang dilakukan oleh Belanda, baik dari tingkat kemungkinan dari biaya dan evaluasi yang telah dilakukan, apakah kira-kira inovasi tersebut memungkinkan untuk diterapkan di Indonesia? Tidak hanya masalah biaya, namun serangkaian tahap tentu harus dilakukan sebelum mengadopsi inovasi yang dilakukan oleh Belanda.
Namun harus diakui bahwa secanggih apapun inovasi yang dilakukan, penyelesaian permasalahan lingkungan paling mudah selalu dimulai dari kebiasaan yang dimiliki oleh setiap individu. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan agar tetap bersih dan berkualitas demi kesehatan serta kelanjutan hidup harus ditumbuhkan sejak dini. Keberhasilan suatu inovasi di suatu tempat mungkin akan memiliki hasil yang berbeda di daerah yang lain. Namun, bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati? Semoga permasalahan lingkungan di Indonesia dapat dikelola dengan baik pula sebelum terlambat. ^^

Referensi:

[1] "Holland.com," [Online]. Available: http://www.holland.com/us/tourism/article/dutch-windmills.htm. [Accessed 27 April 2015].
[2] E. E. Agency, "Air pollution fact sheet 2014," European Environment Agency, Denmark, 2014.
[3] International review of the Air Quality Innovation Progreamme (IPL), "Eindrapport Scientific Board," Rijkswaterstaat Dienst Verkeer en Scheepvaart, Delft, 2009.
[4] Innovation Programma Luchtkwaliteit (IPL), "Dutch Air Quality Innovation Programme Concluded," Innovation Programma Luchtkwaliteit (IPL), 2010.

Senin, 23 Februari 2015

Apakah ini Cinta?

               Malam ini sama seperti malam-malam biasanya ketika saya pulang ke rumah, bercerita banyak hal dengan Mama sebelum tidur. Semenjak semester tujuh memang intensitas pulang ke rumah, yang notabene hanya berselang 1,5 hingga 2 jam perjalanan menggunakan motor berkurang drastis karena satu dan dua hal, salah satunya berinisial TA, ya udah ampunin saya ya kalau yang baca jadi langsung kepikiran. Ya karena jarang pulang pun yang diceritain bisa banyaaak sekali, hal-hal yang dirasa mengganjal, unik, dan menyenangkan pasti ngga lewat diceritain, begitu pun Mama.
                Sampai entah kenapa tetiba saya teringat akan sesuatu………….
               “Ma, Yakop masih hidup kan? Kok diem-dime aja ngga kedengeran suaranya?” 
Yakop (sebenernya diambil dari kata Jacob) adalah burung kakaktua peliharaan sedari saya masih usia Taman Kanak-Kanak. Masih teringat ketika saya pulang sekolah dan mendapati Yakop tidak di tempat biasanya, saya langsung berteriak dan menangis menanyakan keberadaan Yakop ke Mama. Sampai lari-lari mencari ke rumah-rumah tetangga. Alhamdulillah Yakop belum terlalu jauh, masih berada di rumah tetangga yang berjarak tiga rumah dari rumah saya. Pada saat itu saya benar-benar takut kehilangan Yakop.
                Mama menjawab, “loh kok baru nanya sekarang, dimana hayo”
               “Ma….. beneran dimana Yakop?” mulai deg-degan.
               “Udah Papa kasih ke orang, sekarang Yakop jadi lebih terawat kok, bersih”
                “Loh…….(speechless lama) kok gitu sih Ma?”
                “Gak ada tempat di rumah buat melihara Yakop, Yakop suka nggigitin kawat sangkarnya sampe bolong kalo dijadikan satu sama burung-burung lain bisa lepas, kalau dipisah sama burung-burung lain di luar Mama capek juga ngawasin ke luar masuk rumah takut hilang.”
                (masih speechless) “tapi Ma…….kenapa harus Yakop, Ai jarang-jarang suka sama hewan, kenapa harus Yakop”
             “Ya, mama udah bilang sama Papa, hewan langka kok dikasih ke orang, tapi Papa pun juga mungkin sudah capek dan ngga sempat meliharanya” Memang daridulu papa suka banget melihara burung sama ngerawat tanaman, tapi jadi banyak ga karuan dan ngga ada waktu buat melihara, apalagi juga sejak ngekos saya pun jarang di rumah.
                “Kok gitu sih Ma, ini Yakop lho, Yakop tuh gede bareng sama Ai. Kenapa harus Yakop?”. Iya saya udah nangis kok ngomong gitu, literally nangis terisak-isak.
                “Ya udah, sabar ya Ai, nanti pas Ai punya rumah sendiri beli lagi burung kakaktua, sediain tempat yang bagus dibarengin sama burung Beo, ya Mama juga kadang kesepian sih ga ada Yakop.”
             Dan percakapan pun berlangsung antara menghibur dan usaha pengalihan topik dari pembicaraan Yakop oleh Mama. Perasaan yang saya rasakan malam ini sama seperti saat TK saya kehilangan Yakop untuk sesaat. Sesuatu yang besar hilang dan rasanya menyedihkan. Namun setelah saya berpikir lagi, sejak saya kuliah dan harus kos, saya sudah sangat jarang memandikan, memberi makan atau sekedar mengajak Yakop berbicara. Walaupun hanya berteriak-teriak ga karuan dan kosakata yang mampu diucapkan Yakop dengan jelas hanya “Yakop Lapar” entah saat dia benar-benar lapar atau hanya mencari perhatian, I used to spend a lot time with Yakop. Setelah menenangkan diri sesaat, dipikir-pikir kok ngga pantas saya menangisi sesuatu yang bahkan sudah tidak saya perjuangkan, tidak saya jaga dengan baik. Tentu saja apabila saya benar-benar tidak mau kehilangannya seharusnya saya menunjukkan antusias dan meluangkan banyak waktu setiap pulang, sehingga Papa saya pun tidak akan sampai hati memberikan Yakop ke orang lain, karena tau dan menyaksikan kalau saya sangat ketergantungan dengan Yakop. Namun hal tersebut tidak saya lakukan. 
Apakah iya aku masih menyayanginya seperti ketika aku kecil dulu? Tentu, aku masih menangisi kenyataan aku kehilangan hewan peliharaan yang tumbuh bersamaku sedari kecil. Rasa tidak ikhlas tentu ada, merasa tidak seharusnya Yakop dipindahtangankan ke orang lain. Namun apakah itu cinta ketika aku bahkan sudah tidak sempat meluangkan waktu untuk Yakop? Bahkan baru menyadari kalau Yakop sudah lebih dari sebulan diberikan ke orang lain (Ya, walaupun sebulan ini pun saya memang jarang sekali di rumah, kalaupun pulang pasti sudah malam, dan pada malam hari Yakop memang jarang berisik).
Mungkin caraku membuktikan cintaku pada Yakop adalah memang untuk mengiklhaskannya dirawat dengan baik oleh orang lain yang lebih memiliki banyak waktu untuk merawatnya, mengajaknya bicara, memandikannya, dan memberi makan.
Menurutku (perlu dibold biar ga dikata lebay atau soktau), cerita antara saya dan Yakop dapat dianalogikan dengan cinta kepada sesama manusia, siapa pun itu, baik orang tua, teman, tetangga, saudara, dll. Kalau kita memang cinta ya tunjukkan, berikan perhatian, bantu dengan ikhlas tanpa mengharap balasan. Namun, kalau kita memang belum atau sudah tidak sanggup memberikan hal-hal tersebut, ada kalanya mencintai harus dibuktikan dengan mengikhlaskan. Mengikhlaskan dia mendapatkan perlakuan lebih baik dari orang lain, walau berat, kita harus menyadari bahwa itu pun adalah hal yang terbaik yang dapat kita lakukan baginya.
Mengutip Jaggu pada film PK
“Dia begitu mencintaiku hingga rela melepaskanku"
Sehat-sehat ya kop, maaf aku kurang perhatian dan ngga pernah nyempatin waktu lagi sama Yakop huhuhuhuhuhu, sedih banget, yauda sih Yakop gabisa baca ini, tapi tetep aja sedih, maaf kalau nyampah dan nggak mutu. Tapi emang lagi sedih banget. Huhu Yakop L

Bonus foto Yakop diambil dari foto profil LINE orang yang ngerawat Yakop sekarang :’)