Rabu, 30 November 2011

Kisah Nabi :)

Jika kita membaca kisah-kisah akan tindakan dan perbuatan para sahabat Rasulullah saw, maka kita akan menemukan banyak sekali perbuatan mereka yang mencerminkan ketaatan para sahabat kepada Allah SWT dan RasulNya. Bahkan, mereka tidak berpikir dua kali untuk mentaati perintah tersebut, meskipun harus mengorbankan harta, atau bahkan nyawanya sekalipun. Bandingkan dengan kita sekarang ini. Kita sering memikirkan untung ruginya saat harus mengeluarkan sedikit harta kita di jalan Allah SWT.
Beberapa kisah berikut ini dapat kita jadikan renungan dan teladan dalam membelanjakan harta kita di jalan Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an:
مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللّهَ قَرْضاً حَسَناً فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافاً كَثِيرَةً وَاللّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS Al Baqarah: 245)
Suatu ketika Rasulullah saw. membacakan ayat itu kepada para sahabat. Tiba-tiba Abu Dahdah r.a. berdiri. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, benarkah Allah meminta pinjaman kepada kita?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya, benar.” Abu Dahdah kembali berkata, “Wahai Rasulullah, apakah Dia akan mengembalikannya kepadaku dengan pengembalian yang berlipat-lipat?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya, benar.”
“Wahai Rasulullah, ulurkanlah kedua tangan Anda,” pinta Abu Dahdah r.a. tiba-tiba. Rasulullah saw. balik bertanya, “Untuk apa?” Lalu Abu Dahdah menjelaskan, “Aku memiliki kebun, dan tidak ada seorang pun yang memiliki kebun yang menyamai kebunku. Kebun itu akan aku pinjamkan kepada Allah.” “Engkau pasti akan mendapatkan tujuh ratus lipat kebun yang serupa, wahai Abu Dahdah,” kata Rasulullah saw.
Abu Dahdah mengucapkan takbir, “Allahu Akbar, Allahu Akbar!” Lantas ia segera pergi ke kebunnya. Ia mendapati istri dan anaknya sedang berada di dalam kebun itu. Saat itu anaknya sedang memegang sebutir kurma yang sedang dimakannya.
“Wahai Ummu Dahdah, wahai Ummu Dahdah! Keluarlah dari kebun itu. Cepat. Karena kita telah meminjamkan kebun itu kepada Allah!” teriak Abu Dahdah.
Istrinya paham betul maksud perkataan suaminya. Maklum, ia seorang muslimah yang dididik langsung oleh Rasulullah saw. Segera ia beranjak dari posisinya. Ia keluarkan kurma yang ada di dalam mulut anaknya. “Muntahkan, muntahkan. Karena kebun ini sudah menjadi milik Allah swt. Ladang ini sudah menjadi milik Allah swt.,” ujarnya kepada sang anak.

Bisakah kita mengambil hikmah dari cerita tersebut? betapa tunduknya seorang Abu Dahdah terhadap apa-apa yang telah difirmankan dan disunahkan Rasul. Dia mengerti bahwa apa yang kita lakukan dengan ikhlas akan mendapatkan ganjaran berkali-kali lipat dari Allah SWT. Meskipun harus kehilangan apa yang dimiliki di dunia namun Abu Dahdah tidak takut akan kekurangan karena ia yakin Allah akan melipatgandakan yang telah ia beri dengan ikhlas.

Pertanyaannya apakah kita sudah menerapkan hal yang sama seperti yang Abu Dahdah telah terapkan? sering kali kita takut akan kekurangan, kita takut kehilangan apa yang kita miliki. Kita masih sering memikirkan apa yang kita bisa dapatkan ketimbang apa yang bisa kita beri. Sadarkah kita bahwa di dunia ini kita tidak memiliki apa pun? Semua yang kita pikir milik kita hari ini hanyalah pinjaman dari Yang Maha Kuasa.

Maka dari itu marilah kawan mulai pikirkan apa yang bisa kita beri bukan apa yang bisa kita dapatkan :)
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Surah Ar Rahman 55 : 13)

ariesty rafika
301111
thanks for reading :D
keep positive ! :)

3 komentar:

  1. Keikhlasan juga menjadi salah satu nilai yang nyaris hilang dari peradaban dan budaya di akhir zaman ini, kalo bisa kita sebagai generasi muslim penerus bangsa juga harus berusaha untuk melestarikan budaya2 Islam biar negara ini ga semakin membusuk.. :)

    BalasHapus
  2. tapi emang ikhlas itu yahh semacam mudah diucapkan tapi sulitt banget dilakukan. sebenernya sih asal niat pasti bisa ya kak. :)

    BalasHapus
  3. Lha nggih niku~
    Yang penting ada niat dalam hati lillahi ta'ala, diiringi tekad yg kuat serta impian dan usaha.. :)

    BalasHapus