Selasa, 15 Juli 2014

Late Father's Day

Sebenernya ini tulisan niatnya sih ditampilin di halaman deteksi jawa pos wkwk, tapi ga terpilih, yaudah gapapa, daripada sayang kesimpen di laptop aja...

Dearest, Papa


Kita jarang bertukar cerita, Papa lebih banyak mencari tahu kabarku dari Mama. Bahkan ketika harus menuliskan tentangnya, aku kesulitan menentukan diksi, sulit untuk menentukan alur agar pesan ini sampai dengan baik kepadanya, kepada seseorang yang bersedia bekerja dan belajar siang malam untuk masa depan keluarganya. Kepada seseorang yang telah menjadi teladan bagiku.
Memang, tidak mudah dan tidak begitu menyenangkan menjadi anak dari seseorang berlatar belakang militer. Tapi dari beliau pula aku melihat bahwa pendidikan merupakan hal yang bersifat elementer. Papa adalah orang yang sangat pintar, bahkan mungkin karena terlalu pintar, seringkali orang-orang di sekitarnya tidak bisa memahami dengan baik maksud pemikirannya. Sudah mendapatkan pekerjaan yang mencukupi kebutuhan keluarga tidak membuatnya berhenti belajar, beliau bersedia kuliah mulai dari S1 bersama orang-orang dengan rentang usia yang cukup jauh darinya, hingga sekarang sedang menjalani studi S3. Papa menunjukkan padaku bahwa tidak ada kata cukup untuk belajar.
Dahulu seringkali hati ini sakit menghadapi kerasnya karakter Papa, lelah dengan target yang beliau tentukan, bahkan ketika aku sudah mencapai target, beliau jarang memberi pujian ataupun hadiah seperti yang Papa lain lakukan pada anaknya. Hal seperti ini membuat aku menjadi orang yang tidak mudah puas, aku selalu berusaha keras untuk mendapatkan pujian dari Papa.
Sekarang, Papa sudah tidak muda lagi, ambisinya yang begitu besar sebelumnya tidak lagi menjadi hal yang utama baginya, beliau sering berterima kasih pada seberapapun pencapaian yang sudah aku raih, baginya kebahagiaan dan kebutuhanku adalah hal yang utama. Terima kasih Pa, untuk bentuk apresiasi yang Papa berikan.
Pa, kita mungkin sering berselisih jalan, berbeda pendapat, bahkan bersitegang. Maafin Ai, karena kadang terlalu sulit bagi Ai mengikuti segala arahan Papa. Mungkin karena kita memiliki karakter yang terlalu sama sehingga sulit bagi kita mengalah satu sama lain. Papa adalah cetak biru karakter yang Ai miliki sekarang, adalah hal yang mustahil jika Ai tidak menyayangi Papa sebesar Papa menyayangi Ai.

Maafin Ai, karena terkadang tidak memahami kesulitan dan kerja keras yang sudah Papa lalui untuk mempersiapkan masa depan Ai. Terima kasih Pa, karena telah menjadi teladan yang baik, menjadi motivasi bagi Ai untuk tidak mudah menyerah, dan untuk tetap memberi arahan walau sering pula Ai abaikan. Selamat hari Ayah, Pa. Papa mungkin bukan Papa terhebat di dunia, bukan Papa terideal bagi setiap anak di dunia. Tapi, Papa adalah Papa yang tepat bagi anak dengan karakter seperti Ai. Terima kasih Pa, tetap sabar menghadapi Ai dan Mama ya Pa. Tunggu saja, sebentar lagi Ai pasti jadi orang sukses dan memberikan hidup yang lebih nyaman bagi Papa dan Mama.

1 komentar: