Jumat, 24 Januari 2014

Perbedaan Nilai (IP) dengan 'Nilai'

Hai, mungkin yang akan kalian baca hanya sebuah opini pengisi waktu luangku di masa liburan, namun saya berharap, ini ada manfaatnya, ya bagi diri saya sendiri dan tentu bagi kalian yang menyempatkan waktunya untuk membaca.

sebelumnya, sehubungan dengan judul post ini, mari kita samakan persepsi mengenai nilai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Nilai adalah
nilai /ni·lai/ n 1 harga (dl arti taksiran harga): sebenarnya tidak ada ukuran yg pasti untuk menentukan -- intan; 2 harga uang (dibandingkan dng harga uang yg lain): -- rupiah terus menurun; 3 angka kepandaian; biji; ponten: rata-rata -- mata pelajarannya adalah sembilan; sekurang-kurangnya -- tujuh untuk ilmu pasti baru dapat diterima di akademi teknik itu; 4 banyak sedikitnya isi; kadar; mutu: -- gizi berbagai jeruk hampir sama; suatu karya sastra yg tinggi -- nya; 5 sifat-sifat (hal-hal) yg penting atau berguna bagi kemanusiaan: -- tradisional yg dapat mendorong pembangunan perlu kita kembangkan; 6 sesuatu yg menyempurnakan manusia sesuai dng hakikatnya: etika dan -- berhubungan erat;
pada postingan ini, nilai yang akan kita bahas adalah arti nilai nomor 3 dan 6.

secara khusus, tulisan ini saya tujukan ke beberapa adik-adik saya yang (mungkin) sedang resah menunggu IP pertamanya, hanya sebuah tulisan dari pengalaman, belum tentu kebenarannya, hanya saja, saya ingin kalian bisa memahami.

kita mungkin sering mendengar nilai (dalam bentuk IP) itu bukan segalanya, this is true, tapi tidak berarti kita lalu menyepelekan nilai. coba renungkan, kata-kata di atas biasanya hanya dikatakan oleh orang-orang dengan IP menengah ke bawah (seperti saya ._.) atau orang-orang dengan IP tinggi sebagai kata penghibur bagi teman-teman yang tidak senasib baik sepertinya.

well, memang benar IP bukan segalanya, tapi coba cek, di setiap persyaratan keikutsertaan organisasi,  beasiswa, lomba, atau kegiatan exchange misalnya, tentu ada syarat IP tertera di sana, jadi ya tidak sepenuhnya benar bahwa IP bukan segalanya, okelah IP memang bukan segalanya, namun dengan IP kita bisa mengikuti dan mengambil banyak kesempatan. so, never underestimate the exsistence of GPA !

namun sayangnya, bagi beberapa orang yang sangat memperdulikan IP, sangat-sangat berorientasi pada pencapaian IP justru lupa dengan arti nilai di nomor 6, sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakitkatnya. beberapa dari mereka yang mengejar IP tinggi, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan IP yang istimewa. tidak semua orang yang memiliki IP tinggi memiliki karakter seperti itu, saya tidak mengatakan hal tersebut, namun ada beberapa oknum yang mungkin seperti itu.

setiap di awal semester dalam pengisian formulir rencana studi, mahasiswa berebut kelas dengan dosen yang 'katanya' enak, enak sendiri ini pun mempunyai definisi yang berbeda-beda, beberapa dari mereka mendefinisikan enak adalah mudah memberi nilai, tidak banyak tugas, atau berkepribadian santai, atau justru beberapa orang mendefinisikan enak adalah dosen-dosen yang pintar, yang expert di bidangnya atau malah memberikan tugas banyak sehingga banyak kesempatan dalam memperbaiki nilai. who knows....

bukan hal yang salah ketika kita menginginkan dosen yang enak bagi kita dalam menuntut ilmu, tapi sebenarnya dosenpun tentu telah memiliki kemampuan yang lebih dari kita yang masih duduk di bangku kuliah S1 ini, siapapun dosennya, seharusnya memang beliau lebih kompeten dibandingkan dengan mahasiswanya dan tentu hak kita mendapatkan ilmu dan 'nilai' darinya. lain hal apabila memang nilai lah yang menjadi faktor utama dalam memilih dosen.

setelah mengalami pengalaman empat (sedang menunggu yang ke-lima) kali mendapatkan hasil IP di akhir semester, saya semakin sadar bahwa, dosen pun bermacam-macam jenisnya dan caranya dalam memberikan persepsi dalam bentuk nilai terhadap ilmu yang didapatkan dan usaha yang dilakukan oleh para mahasiswa.

jujur selama empat kali mendapat IP, IPS (apalagi IPK) saya tidak pernah menyentuh angka cum laude jadi mungkin agak kurang sip juga ya kalau saya yang berbagi cerita mengenai IP :)) padahal umumnya semester pertama mahasiswa di jurusan saya mendapatkan IP yang beyond expectation.
ya anggap saja ini sebuah opini yang tentu memiliki kebenaran dan salah masing-masing, sebagai pengisi liburan saja, jadi benar-benar no offense ya.

kembali lagi mengenai nilai.
tentu jika saya hanya mencari nilai dengan arti nomor 3, saya sudah gagal menjadi terbaik (menurut versi saya sendiri). namun lebih dari itu, saya juga berfikir, memangnya pantas saya dapat nilai A seperti teman-teman saya yang mendapatkan nilai serupa? apakah benar usahaku sudah lebih dibanding usaha mereka? atau apakah memang kemampuan saya sudah pantas diapresiasi dengan nilai A dari dosen. dan kemudian saya menjadi mafhum dan berintrospeksi, sebenarnya nilai yang seperti apa yang saya cari?

banyak dari teman-teman saya yang berada di ranking IPK di halaman pertama merupakan orang-orang dengan segudang kegiatan akademis maupun nonakademis, mereka yang bersinar dengan prestasinya, tidak semua memang, namun mereka telah berhasil mencambuk saya dan membuat saya iri akan kemampuan luar biasa yang mereka miliki. ya, saya iri. 

mereka bisa mencapai nilai berupa IP dan nilai aktualisasi diri dengan baik, lalu kenapa saya tidak? jika memang saya tidak bagus di IP, mungkin saya bisa berguna dengan belajar hal-hal nonakademis, menambah pengalaman, agar tidak menjadi sia-sia kurang-lebih empat tahun menjadi mahasiswa, sudahlah IP tidak istimewa, pengalaman juga tak punya.

Oleh karena itu, saya memilih jalan ini, memilih meluangkan waktu, tidak untuk diri sendiri, bukan berarti lalu saya lupa akan tugas utama saya sebagai mahasiswa yaitu belajar, tentu, nilai IP tetap menjadi kebutuhan saya, namun jauh di luar itu, nilai kesungguhan, nilai keikhlasan, nilai kerjasama dapat kita peroleh apabila kita mau merenungkan.

Jangan takut, jangan sedih dengan hasil yang mungkin belum memuaskan, atau jangan sombong dengan hasil yang melebihi ekspektasi, baik atau buruk itu merupakan ujian dari yang di atas, apakah kita masih mampu berusaha menjadi orang yang lebih baik dengan nilai yang diberikan oleh dosen atas usaha dan kesungguhan kita.

yang paling penting dari sebuah penilaian orang lain adalah, kita mampu membuktikan pantas atau tidaknya nilai tersebut diberikan pada kita. nilai IP hanyalah representasi dosen terhadap kemampuan mahasiswanya, bisa jadi tepat, bisa jadi terlalu tinggi ataupun di bawah kemampuan mahasiswanya, bagaimana pun, itu hanya representasi dosen terhadap kemampuan kita dalam satu semester, lebih dari itu, ilmu yang sudah kita dapatkan hendaknya dapat dimanfaatkan lebih dari satu semester, atau satu jenjang pendidikan S1 ini, ilmu seharusnya dapat kita manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, apapun bentuknya, dan apapun 'nilai' yang kita dapatkan.

Terima kasih telah menyempatkan membaca, semoga bermanfaat bagi kita. kesalahan datangnya dari saya, dan kesempurnaan hanya milik Allah swt.

6 komentar:

  1. Tenanglah, IP hanya perlu sampai persyaratan awal ketika kerja, selebihnya, kompetensimu yang akan dipertimbangkan.

    BalasHapus
  2. keren ik.. btw entah kenapa jd langsung keinget integra :P

    BalasHapus
  3. btw kalo aku bales komen kalian pada tau gak sih? #entahngomongsamasiapa haha

    @sella : keinget tuh, gak sabar liat atau malah ga mau liat? :v

    BalasHapus
  4. Gatau ik, ga ada notif. tp ini aku coba centang di 'Beri tahu saya' di bagian bawah field komentar, kayanya nanti bakal di emailin kalau km bales

    BalasHapus
  5. nice post aik :D
    bener banget aik, hemm jadi inget pelajaran sosiologi kelas 10 tentang nilai dan norma

    BalasHapus