Hal tersulit dalam menulis adalah
pemilihan kata, memastikan sudut pandang yang berbeda-beda bisa
menginterpretasikan hal yang sama dengan penulis tanpa salah tafsir, meletakkan
tanda baca agar sesuai intonasinya, dan sepertinya aku masih harus banyak
belajar.
Beberapa menit saja ketika
postingan di bawah saya publish saking sukanya sama blog saya temen saya ada
yang komentar mengenai kesetujuannya akan isi blog saya, namun di sisi lain ada
juga seorang teman saya yang mengomentari dengan no mention tweet yang bunyinya sangat tidak menyukai postingan saya. Entah saya yang salah menampilkan sudut pandang pada tulisan atau saya memang
terlalu berlebihan. But really, saya ndak pernah kepikiran bahwa tulisan
tersebut ditujukan untuk melebih-lebihkan keadaan sendirian itu. Bukan kesendiriannya intinya. Tapi pikiran-pikiran yang muncul saat sendirian itu. Sedih ketika kita memiliki
sebuah pandangan namun dipandang dari sudut yang tidak pernah kita harapkan. Artinya
memang masih harus banyak belajar, pekerjaan rumah lain, selain menjaga bicara
ternyata tulisan saja sering disalah artikan.
Di saat yang sama teman saya yang
mengomentari blog saya mengirimkan sebuah gambar yang sangat bagus analoginya,
Life is a puzzle.
Memang benar dalam hidup kita
menemukan potongan-potongan puzzle yang berbeda-beda, namun itu semua akan
membentuk suatu tampilan yang indah ketika segala ketidakcocokan bisa disatukan
dengan sebuah kata yang disebut memahami. Andai saja kita bisa saling memahami
dan mau menilai dan merunut sesuatu secara detail lebih dahulu. Mengutip dari
sebuah tweet seorang teman “perspektif itu luas, sangat luas. Maka jangan
berpikir sempit, sangat sempit.”
0 komentar:
Posting Komentar