Judul Buku :
Rantau 1 Muara
Penulis :
A. Fuadi
Tebal :
407 halaman
Harga :
75.000
Cetakan pertama : Mei 2013
Setelah sukses dengan buku Negeri 5 Menara dan Ranah 3
Warna, Penulis asal kampung Bayur ini melengkapi trilogi kisah apik kehidupan
si Alif yang ia kemas dalam Rantau 1 Muara. Alif yang pada novel sebelumnya,
Ranah 3 Warna, menjalani masa Mahasiswanya dengan pertukaran pelajar ke Kanada
kini kembali ke Bandung untuk menyelesaikan pendidikan S1 Hubungan
Internasionalnya di kampus Universitas Padjajaran, Bandung. Sekembalinya Alif
ke tanah air segala hal tidak serta merta menjadi mudah bagi ia yang telah
memasuki masa akhir perkuliahan S1.
Sembari menjadi pengisi artikel tetap di sebuah media
yang menjadi penyokong hidupnya beserta amak dan adiknya di kampung, Alif menyelesaikan
kuliahnya di masa krisis moneter. Awalnya Alif tidak kelimpungan mencari kerja
seperti yang dialami oleh beberapa teman Alif, kepercayaan diri Alif yang besar
karena telah mengelilingi separuh dunia serta tulisannya yang tersebar di
Indonesia. Perusahaan mana yang tidak tergiur merekrutnya? sampai pada akhirnya
efek krisis moneter menjelma menjadi monster yang melahap pekerjaan Alif
sebagai pengisi sebuah artikel. Harga kertas yang naik menjadi alasan
dibekukannya artikel rutin Alif. Seketika hidup Alif menjadi lebih sulit dari
sebelumnya.
Krisis moneter yang kala itu melanda negeri kita
menyebabkan kesulitan bagi para pencari pekerja fresh graduated macam Alif dan
kawan-kawannya. Belum lagi Randai, kawan lamanya di kampong yang selalu menjadi
saingannya dalam mengukur kesuksesan yang sudah memanas-manasinya dengan
memamerkan pekerjaannya. Bukan semakin ciut, Alif bahkan menerima tantangan
Randai untuk saling mendului mengenyam pendidikan serta bekerja di benua Eropa
atau Amerika. Bahkan pada saat ia menerima tantangan itu, dia sudah tertinggal
langkah mengenai pekerjaan dengan Randai. Setelah penantian panjang Alif pun
menerima sebuah angin segar dari Majalah Derap sebuah majalah skala nasional
yang prestisius kala itu. Derap menjadi langkah resmi pertamanya dalam
membangun konsistensinya sebagai seorang jurnalis, menulis adalah hal yang
tidak pernah berhenti ia lakukan sedari nyantren
di Pondok Madani.
Di Derap pulalah ia menemukan wanita yang berhasil
meluluhkan hatinya setelah sempat dipatahkan oleh Raisa yang lebih memilih
Randai, ya perempuan itu adalah Dinara. Bermata indah, seorang anak ibu kota
keturunan Minang dan memiliki wawasan luas semakin memesona Alif. Akan
berhasilkah Alif mendapatkan Dinara? Atau akan sama dengan nasib surat untuk
Raisa yang tidak pernah tersampaikan hingga akhirnya Randai menduluinya?
Rantau 1 Muara mengajarkan pembacanya sebuah bentuk
konsistensi dalam mencapai kesuksesan, sebuah mantra berbunyi Man saara ala
darbi washala, siapa yang berjalan di
jalan-Nya akan sampai ke tujuan melengkapi dua mantra Man jadda wa jada serta
Man shabara zhafira yang diajarkan pada dua seri pertama trilogi Negeri 5 Menara. Bang Fuadi dengan
rancak menggambarkan kegigihan Alif akan mengejar kesuksesan dan istiqomah
dalam berusaha membuat siapapun terenyuh dan tergerak untuk meneladaninya. Kesuksesannya menjadi jurnalis di benua
seberang pun tidak serta merta membutakannya untuk kembali ke keluarga di tanah
air, betapa banyak makna yang bisa dituai dari novel ini.
Bertualanglah sejauh mata memandang.
Mengayuhlah sejauh lautan terbentang.
Bergurulah sejauh alam terkembang.
Man jadda wajada
Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.
Man shabara Zhafira
Siapa yang bersabar akan beruntung.
Man saara ala darbi washala
Siapa yang berjalan di jalan-Nya akan sampai di tujuan.
0 komentar:
Posting Komentar