Jika mendengar Negara Belanda, mungkin hal yang secara spontan dibayangkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia adalah sebuah Negara yang sempat menjajah Indonesia selama 350 tahun. Bayangkan berapa generasi manusia yang hidup pada saat jaman penjajahan Belanda. Bekas jajahannya pun dapat kita amati dari peninggalan gedung-gedung tua dengan gaya khas kolonial Belanda. Namun selain itu, tahukan kamu bahwa Belanda memiliki banyak inovasi yang dapat kita contoh dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari?
Memiliki julukan negeri kincir angin tentu bukan merupakan sekedar ornamen dalam memperindah wajah Negara dengan ibu kota Amsterdam, kincir angin merupakan sebuah inovasi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan rendahnya dataran Negara Belanda. Kincir angin digunakan untuk mengeringkan danau dan rawa untuk mengatasi banjir [1]. Inovasi yang bermula dari permasalahan pelik ini bahkan menjadi ciri khas dari Negara Belanda.
Gambar 1 Kincir Angin Belanda - sumber: http://www.holland.com/us/tourism/article/dutch-windmills.htm
Penerapan inovasi kincir angin mungkin hanya bisa diterapkan pada kondisi suatu wilayah yang permukaan air lautnya lebih tinggi dibandingkan dengan datarannya, seperti Belanda. Namun, masih banyak inovasi yang dilakukan oleh Negara yang sejak 30 April 2013 dipimpin oleh Raja Willem-Alexander yang dapat diterapkan di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah inovasi Belanda dalam mengatasi pencemaran udara. Inovasi yang dirasa sederhana, namun memberikan dampak positif pada penurunan persentase polutan penyebab pencemaran udara di Belanda [2].
Beberapa inovasi yang dilakukan oleh Belanda adalah pengoptimalan pembatas jalan, penanaman tumbuhan di tepi jalan, pembersihan permukaan jalan, kanopi dan pengolahan udara, pelapisan katalis, dan Dynamic Traffic Management (DTM) serta prediksi kualitas udara [3].
Walaupun beberapa inovasi yang disebutkan terdengar sederhana dan tidak keseluruhan inovasi memiliki dampak signifikan dalam penurunan polutan udara, namun pelaksanaan program ini selalu dievaluasi dan dipantau oleh pemerintahan Belanda.
Beberapa inovasi yang telah dievaluasi dan dinyatakan memiliki dampak siginifikan positif dalam pengelolaan pencemaran udara adalah Pembersihan jalan dengan menyemprotkan permukaan jalan dengan larutan kalsium klorida (CaCl) yang terbukti mengurangi konsentrasi partikulat udara. Kesimpulan ini diputuskan oleh ahli kualitas udara internasional berdasarkan data pengukuran kualitas udara. [4]
Menutupi jalan tol dengan kanopi juga dinyatakan merupakan cara efektif untuk meningkatkan kualitas udara di sepanjang jalan raya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan kanopi ringan dengan struktur yang tidak membahayakan serta dapat dikembangkan berkelanjutan. Namun penerapan inovasi ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Dari uji yang dilakukan oleh Delft University of Technology di dalam terowongan terbukti bahwa terdapat penurunan partikulat pencemaran udara yang terkait dengan kendaraan bermotor hingga 15%. [4]
Gambar 3 Pemberian Kanopi pada Jalan Tol. Sumber: Dutch Air Quality Innovation Programme Concluded
Wah, menarik juga ya inovasi yang dilakukan oleh Belanda dalam mengatasi permasalahan polusi udara. Melihat evaluasi dari beberapa inovasi yang dilakukan oleh Belanda, baik dari tingkat kemungkinan dari biaya dan evaluasi yang telah dilakukan, apakah kira-kira inovasi tersebut memungkinkan untuk diterapkan di Indonesia? Tidak hanya masalah biaya, namun serangkaian tahap tentu harus dilakukan sebelum mengadopsi inovasi yang dilakukan oleh Belanda.
Namun harus diakui bahwa secanggih apapun inovasi yang dilakukan, penyelesaian permasalahan lingkungan paling mudah selalu dimulai dari kebiasaan yang dimiliki oleh setiap individu. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan agar tetap bersih dan berkualitas demi kesehatan serta kelanjutan hidup harus ditumbuhkan sejak dini. Keberhasilan suatu inovasi di suatu tempat mungkin akan memiliki hasil yang berbeda di daerah yang lain. Namun, bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati? Semoga permasalahan lingkungan di Indonesia dapat dikelola dengan baik pula sebelum terlambat. ^^
Referensi:
[1] "Holland.com," [Online]. Available: http://www.holland.com/us/tourism/article/dutch-windmills.htm. [Accessed 27 April 2015].
[2] E. E. Agency, "Air pollution fact sheet 2014," European Environment Agency, Denmark, 2014.
[3] International review of the Air Quality Innovation Progreamme (IPL), "Eindrapport Scientific Board," Rijkswaterstaat Dienst Verkeer en Scheepvaart, Delft, 2009.
[4] Innovation Programma Luchtkwaliteit (IPL), "Dutch Air Quality Innovation Programme Concluded," Innovation Programma Luchtkwaliteit (IPL), 2010.
Memiliki julukan negeri kincir angin tentu bukan merupakan sekedar ornamen dalam memperindah wajah Negara dengan ibu kota Amsterdam, kincir angin merupakan sebuah inovasi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan rendahnya dataran Negara Belanda. Kincir angin digunakan untuk mengeringkan danau dan rawa untuk mengatasi banjir [1]. Inovasi yang bermula dari permasalahan pelik ini bahkan menjadi ciri khas dari Negara Belanda.
Gambar 1 Kincir Angin Belanda - sumber: http://www.holland.com/us/tourism/article/dutch-windmills.htm
Penerapan inovasi kincir angin mungkin hanya bisa diterapkan pada kondisi suatu wilayah yang permukaan air lautnya lebih tinggi dibandingkan dengan datarannya, seperti Belanda. Namun, masih banyak inovasi yang dilakukan oleh Negara yang sejak 30 April 2013 dipimpin oleh Raja Willem-Alexander yang dapat diterapkan di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah inovasi Belanda dalam mengatasi pencemaran udara. Inovasi yang dirasa sederhana, namun memberikan dampak positif pada penurunan persentase polutan penyebab pencemaran udara di Belanda [2].
Beberapa inovasi yang dilakukan oleh Belanda adalah pengoptimalan pembatas jalan, penanaman tumbuhan di tepi jalan, pembersihan permukaan jalan, kanopi dan pengolahan udara, pelapisan katalis, dan Dynamic Traffic Management (DTM) serta prediksi kualitas udara [3].
Walaupun beberapa inovasi yang disebutkan terdengar sederhana dan tidak keseluruhan inovasi memiliki dampak signifikan dalam penurunan polutan udara, namun pelaksanaan program ini selalu dievaluasi dan dipantau oleh pemerintahan Belanda.
Beberapa inovasi yang telah dievaluasi dan dinyatakan memiliki dampak siginifikan positif dalam pengelolaan pencemaran udara adalah Pembersihan jalan dengan menyemprotkan permukaan jalan dengan larutan kalsium klorida (CaCl) yang terbukti mengurangi konsentrasi partikulat udara. Kesimpulan ini diputuskan oleh ahli kualitas udara internasional berdasarkan data pengukuran kualitas udara. [4]
Gambar 2 Pembersihan Permukaan Jalan. Sumber: Dutch Air Quality Innovation Programme Concluded
Selain itu inovasi DTM juga memiliki efek positif pada kualitas udara. Pemantauan pada cuaca serta lalu lintas bertujuan untuk mengamati titik-titik kemacetan dan mengelola arus lalu lintas. Inovasi ini terbukti memberikan kontribusi dalam penurunan rata-rata tingkat NO¬2 tahunan dan rata-rata harian tingkat PM10 ¬. Kualitas udara dan arus lalu lintas rentan terhadap fluktuasi polusi yang cukup besar. Langkah-langkah yang dilakukan DTM dalam mengurangi emisi lalu lintas adalah dengan mengombinasi arus lalu lintas yang lebih baik, mengurangi kemacetan. [4]Menutupi jalan tol dengan kanopi juga dinyatakan merupakan cara efektif untuk meningkatkan kualitas udara di sepanjang jalan raya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan kanopi ringan dengan struktur yang tidak membahayakan serta dapat dikembangkan berkelanjutan. Namun penerapan inovasi ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Dari uji yang dilakukan oleh Delft University of Technology di dalam terowongan terbukti bahwa terdapat penurunan partikulat pencemaran udara yang terkait dengan kendaraan bermotor hingga 15%. [4]
Gambar 3 Pemberian Kanopi pada Jalan Tol. Sumber: Dutch Air Quality Innovation Programme Concluded
Wah, menarik juga ya inovasi yang dilakukan oleh Belanda dalam mengatasi permasalahan polusi udara. Melihat evaluasi dari beberapa inovasi yang dilakukan oleh Belanda, baik dari tingkat kemungkinan dari biaya dan evaluasi yang telah dilakukan, apakah kira-kira inovasi tersebut memungkinkan untuk diterapkan di Indonesia? Tidak hanya masalah biaya, namun serangkaian tahap tentu harus dilakukan sebelum mengadopsi inovasi yang dilakukan oleh Belanda.
Namun harus diakui bahwa secanggih apapun inovasi yang dilakukan, penyelesaian permasalahan lingkungan paling mudah selalu dimulai dari kebiasaan yang dimiliki oleh setiap individu. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan agar tetap bersih dan berkualitas demi kesehatan serta kelanjutan hidup harus ditumbuhkan sejak dini. Keberhasilan suatu inovasi di suatu tempat mungkin akan memiliki hasil yang berbeda di daerah yang lain. Namun, bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati? Semoga permasalahan lingkungan di Indonesia dapat dikelola dengan baik pula sebelum terlambat. ^^
Referensi:
[1] "Holland.com," [Online]. Available: http://www.holland.com/us/tourism/article/dutch-windmills.htm. [Accessed 27 April 2015].
[2] E. E. Agency, "Air pollution fact sheet 2014," European Environment Agency, Denmark, 2014.
[3] International review of the Air Quality Innovation Progreamme (IPL), "Eindrapport Scientific Board," Rijkswaterstaat Dienst Verkeer en Scheepvaart, Delft, 2009.
[4] Innovation Programma Luchtkwaliteit (IPL), "Dutch Air Quality Innovation Programme Concluded," Innovation Programma Luchtkwaliteit (IPL), 2010.