Sabtu, 29 Juni 2013

a late night chat

jadi malam ini, eh salah, jadi kemarin banyak hal yang bikin banyak berpikir dan memilih. sulit sekali memang, banyak masukan sana sini dan bukan hal yang mudah ketika harus memilih sesuatu yang sebenarnya bukan sebagai pilihan bagimu. bagaimana tidak? bahkan pilihan yang diajukan padamu adalah hal yang kamu sukai, bedanya yang satu terencana, dan yang satu begitu mendadak dan mengejutkan.

menyenangkan sekali ketika harus berbagi cerita dengan orang-orang yang lebih berpengalaman dan memiliki saran-saran yang bisa aku jadikan pertimbangan.
seorang teman berkata padaku, mengingatkan mengenai karakteristik amanah
"Ketika kita banyak amanah dan dipenuhi semua, ga akan ada yang muji, sudah sewajarnya amanah dipenuhi. Tapi ketika kita salah, akan banyak yang mempersalahkan. begitulah karakteristik amanah."
that was such a nice words yang bikin aku semakin hati-hati.

lalu, malamnya aku juga berbagi cerita da meminta saran ke tetua (*ampun) alias senior saya di kampus, dia jelas sudah makan asam garam tahun ketiga perkuliahan sebagai seorang ketua departemen dan sebagai elemen pengkader yang aktif haha.
dia meneruskan pesan dari kakak pembimbing pramukanya ketika SMP
"jangan melakukan sesuatu karena melihat target yg diatas, yang penting setiap tanggung jawab lakukan dengan semaksimal mungkin..hingga akhirnya tidak ada rasa penyesalan ketika km menyelesaikannya"
:)

apapun nanti jadinya, semoga kita merupakan orang-orang yang selalu belajar dan menjadi orang yang, kalau kata deny teman saya, tidak hanya mencapai batas kemampuannya namun memperluas batas kemampuannya.
"Khairunnas anfa'uhum linnaas" 
sebaik-baiknya manusia diantaramu adl yg paling banyak mamfaat bagi orang lain

bismillah, aku memegang sabda rasul ini, semoga bisa bermanfaat bagi orang lain :')

ketika kamu merasa seringkali usahamu tidak dihargai ataupun tidak mendapatkan balasan yang kamu harapkan, ingatlah bahwa bukan manusia yang membalas jerih payahmu, biar Allah yang membalas usahamu. jerih payah dan usahamu tidak akan mengkhianati, dan sekali lagi ingatlah Khairunnas anfa'uhum linnaas. :)

Rabu, 19 Juni 2013

Merantaulah

Biarkan hari terus berlari
Tetaplah menjadi manusia mulia, apapun yang terjadi
Janganlah galau dengan tiap kejadian sehari-hari
Karena tidak ada yang abadi, semua kan datang dan pergi
Jadilah pemberani melawan rasa takutmu sendiri
Karena lapang dan tulus adalah dirimu sejati
Janganlah pandang hina musuhmu
Karena jika ia menghinamu, itu ujian tersendiri bagimu
Takkan abadi segala suka serta lara
Takkan kekal segala sengsara serta sejahtera

Merantaulah. Gapailah setinggi-tingginya impianmu
Berpergianlah. Maka ada lima keutamaan untukmu
Melipur duka dan memulai penghidupan baru
Memperkaya budi, pergaulan yang terpuji,
serta meluaskan ilmu

diadaptasi dari baik syair-syair Imam Syafii (767-820 M)
dikutip dari novel Rantau 1 Muara

Man saara ala darbi washala



Judul Buku                 : Rantau 1 Muara
Penulis                       : A. Fuadi
Tebal                         : 407 halaman
Harga                        : 75.000
Cetakan pertama       : Mei 2013
            Setelah sukses dengan buku Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna, Penulis asal kampung Bayur ini melengkapi trilogi kisah apik kehidupan si Alif yang ia kemas dalam Rantau 1 Muara. Alif yang pada novel sebelumnya, Ranah 3 Warna, menjalani masa Mahasiswanya dengan pertukaran pelajar ke Kanada kini kembali ke Bandung untuk menyelesaikan pendidikan S1 Hubungan Internasionalnya di kampus Universitas Padjajaran, Bandung. Sekembalinya Alif ke tanah air segala hal tidak serta merta menjadi mudah bagi ia yang telah memasuki masa akhir perkuliahan S1.  
            Sembari menjadi pengisi artikel tetap di sebuah media yang menjadi penyokong hidupnya beserta amak dan adiknya di kampung, Alif menyelesaikan kuliahnya di masa krisis moneter. Awalnya Alif tidak kelimpungan mencari kerja seperti yang dialami oleh beberapa teman Alif, kepercayaan diri Alif yang besar karena telah mengelilingi separuh dunia serta tulisannya yang tersebar di Indonesia. Perusahaan mana yang tidak tergiur merekrutnya? sampai pada akhirnya efek krisis moneter menjelma menjadi monster yang melahap pekerjaan Alif sebagai pengisi sebuah artikel. Harga kertas yang naik menjadi alasan dibekukannya artikel rutin Alif. Seketika hidup Alif menjadi lebih sulit dari sebelumnya.
            Krisis moneter yang kala itu melanda negeri kita menyebabkan kesulitan bagi para pencari pekerja fresh graduated macam Alif dan kawan-kawannya. Belum lagi Randai, kawan lamanya di kampong yang selalu menjadi saingannya dalam mengukur kesuksesan yang sudah memanas-manasinya dengan memamerkan pekerjaannya. Bukan semakin ciut, Alif bahkan menerima tantangan Randai untuk saling mendului mengenyam pendidikan serta bekerja di benua Eropa atau Amerika. Bahkan pada saat ia menerima tantangan itu, dia sudah tertinggal langkah mengenai pekerjaan dengan Randai. Setelah penantian panjang Alif pun menerima sebuah angin segar dari Majalah Derap sebuah majalah skala nasional yang prestisius kala itu. Derap menjadi langkah resmi pertamanya dalam membangun konsistensinya sebagai seorang jurnalis, menulis adalah hal yang tidak pernah berhenti ia lakukan sedari nyantren di Pondok Madani.
            Di Derap pulalah ia menemukan wanita yang berhasil meluluhkan hatinya setelah sempat dipatahkan oleh Raisa yang lebih memilih Randai, ya perempuan itu adalah Dinara. Bermata indah, seorang anak ibu kota keturunan Minang dan memiliki wawasan luas semakin memesona Alif. Akan berhasilkah Alif mendapatkan Dinara? Atau akan sama dengan nasib surat untuk Raisa yang tidak pernah tersampaikan hingga akhirnya Randai menduluinya?
            Rantau 1 Muara mengajarkan pembacanya sebuah bentuk konsistensi dalam mencapai kesuksesan, sebuah mantra berbunyi Man saara ala darbi washala,  siapa yang berjalan di jalan-Nya akan sampai ke tujuan melengkapi dua mantra Man jadda wa jada serta Man shabara zhafira yang diajarkan pada dua seri pertama  trilogi Negeri 5 Menara. Bang Fuadi dengan rancak menggambarkan kegigihan Alif akan mengejar kesuksesan dan istiqomah dalam berusaha membuat siapapun terenyuh dan tergerak untuk meneladaninya.  Kesuksesannya menjadi jurnalis di benua seberang pun tidak serta merta membutakannya untuk kembali ke keluarga di tanah air, betapa banyak makna yang bisa dituai dari novel ini.

Bertualanglah sejauh mata memandang.
Mengayuhlah sejauh lautan terbentang.
Bergurulah sejauh alam terkembang.

Man jadda wajada
Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.

Man shabara Zhafira
Siapa yang bersabar akan beruntung.

Man saara ala darbi washala
Siapa yang berjalan di jalan-Nya akan sampai di tujuan.

puzzle


Hal tersulit dalam menulis adalah pemilihan kata, memastikan sudut pandang yang berbeda-beda bisa menginterpretasikan hal yang sama dengan penulis tanpa salah tafsir, meletakkan tanda baca agar sesuai intonasinya, dan sepertinya aku masih harus banyak belajar.

Beberapa menit saja ketika postingan di bawah saya publish saking sukanya sama blog saya temen saya ada yang komentar mengenai kesetujuannya akan isi blog saya, namun di sisi lain ada juga seorang teman saya yang mengomentari dengan no mention tweet yang bunyinya sangat tidak menyukai postingan saya. Entah saya yang salah menampilkan sudut pandang pada tulisan atau saya memang terlalu berlebihan. But really, saya ndak pernah kepikiran bahwa tulisan tersebut ditujukan untuk melebih-lebihkan keadaan sendirian itu. Bukan kesendiriannya intinya. Tapi pikiran-pikiran yang muncul saat sendirian itu. Sedih ketika kita memiliki sebuah pandangan namun dipandang dari sudut yang tidak pernah kita harapkan. Artinya memang masih harus banyak belajar, pekerjaan rumah lain, selain menjaga bicara ternyata tulisan saja sering disalah artikan.

Di saat yang sama teman saya yang mengomentari blog saya mengirimkan sebuah gambar yang sangat bagus analoginya, Life is a puzzle.


Memang benar dalam hidup kita menemukan potongan-potongan puzzle yang berbeda-beda, namun itu semua akan membentuk suatu tampilan yang indah ketika segala ketidakcocokan bisa disatukan dengan sebuah kata yang disebut memahami. Andai saja kita bisa saling memahami dan mau menilai dan merunut sesuatu secara detail lebih dahulu. Mengutip dari sebuah tweet seorang teman “perspektif itu luas, sangat luas. Maka jangan berpikir sempit, sangat sempit.”

Selasa, 18 Juni 2013

perjalanan hidup



Tunjungan Plaza
Selasa, 18 Juni 2013
16:23
Ditulis dengan kebuntuan, tentu dengan tujuan keluar dari kebuntuan itu sendiri.

Sore ini, aku dan motorku yang sudah kotor berdebu karena lama tidak dikendarai melakukan perjalanan ke sebuah pusat perbelanjaan di Surabaya. Setelah sekian lama berkuliah di Surabaya, akhirnya aku bisa mengarahkan motorku ke tempat ini tanpa sekalipun nyasar seperti saat-saat pertama aku mencoba mengendarai motorku ke sini.

Bukan hanya sebuah perjalanan fisik, seringkali perjalanan yang aku lalui sendiri menjadi sebuah perjalanan batin. Alhasil, perjalanan absurd ini lagi-lagi membuatku banyak berpikir dan menghasilkan sebuah analogi mengenai kehidupan.

Ya, menurutku perjalananku ini bisa dianalogikan seperti perjalanan hidup. Setiap manusia tentunya dilahirkan sendirian (*bayi kembar sih masuk gak ya hehe) dan akan kembali ke bumi pun tanpa didampingi siapapun kecuali malaikat. Namun, bagian di antara hidup dan mati itulah kita berada sekarang. Seringkali, kita merasa takut sendirian dalam hidup. Seperti senja ini ketika aku melangkahi tiap meter dalam Mall ini tak berkawan, terlebih ketika harus melewati segerombolan laki-laki tak dikenal, tentu sebagai perempuan rasa takut ini akan muncul. Begitu pula hidup, memang tidak menyenangkan ketika kita harus menjalaninya sendiri. Tapi toh pada kenyataannya, kita tidak selalu bisa menemukan teman yang bisa menemani ketika semisal kita ingin pergi ke Mall. Adapun teman, terkadang seleranya tidak sesuai dengan selera kita. Tentu tidak semua orang yang berpergian ke sebuah pusat perbelanjaan ingin melakukan transaksi belanja. Ada saja beberapa orang yang hanya ingin duduk sambil menikmati frozen yoghurt seraya mengamati hilir mudik orang yang mengitari Mall. Ada juga yang hanya ingin mengelilingi toko buku untuk membaca sinopsis buku baru bahkan tanpa perlu membeli, dia sudah merasa senang. Ada saja.


Semua orang tentu memiliki perspektif dan tujuan masing-masing dalam menjalani kehidupan. Seperti itu pula kebutuhan kita dalam mendapatkan teman hidup, bukan hanya pasangan, namun sahabat yang. Mungkin sering terpikir oleh masing-masing dari kita memiliki seorang teman hidup yang bisa mengerti segala keinginan kita, satu selera dengan kita dan selalu ada. Padahal faktanya, hidup adalah sebuah timbal-balik, sebuah take and give. Rasanya tidak adil ketika kita ingin dipahami tanpa pernah mencoba memahami, atau ketika ingin selalu diutamakan padahal kita sendiri masih sering mengutamakan diri sendiri.

Hidup bagai sebuah perjalanan. Dengan teman, kita harus bisa memahami keinginan dan tujuannya dan mengungkapkan keinginan dan tujuan kita. Sendiri pun, kita harus bisa mencapai tujuan kita meski hanya mencari tempat duduk di sebuah outlet frozen yoghurt harga Medium ukuran Large (*kata mbak-mbaknya) yang tidak habis kau kecap. Tidak bisa dipungkiri bahwa sebuah perjalanan tanpa kawan akan terasa kurang menyenangkan, terlebih ketika kita sudah terbiasa bersama.
Maka dari itu, kita perlu menemukan teman yang bisa memahami dan bisa dipahami untuk membantumu menghabiskan frozen yoghut yang telah kau bayar mahal untuk menggantikan kesedihanmu akan kesendirian.

Bangku hijau sour sally
17:16

nb: bahkan butuh waktu lama dan susunan kata yang berantakan untuk menuliskan pergolakan batin ini.
nnb : tulisan ini dibuat bukan sebagai bentuk kegalauan, semacam renungan(?) cuma analogi aja, don't be too serious, ini cuma blog, bukan Tugas Akhir :3


Sabtu, 15 Juni 2013

sudahkah kita?

It’s funny when we live in a century where everyone seems more serious about something that it’s not even their business and seems like forget about theirs.

Mungkin beberapa dari kalian tidak menyetujui kalimat saya di atas, tapi coba deh pikir baik-baik kebenarannya, sekarang manusia sibuk sekali dengan urusan orang lain. Tidak percaya? Coba amati berapa banyak manusia yang lebih banyak menjelajahi jejaring sosial untuk mengetahui kehidupan orang lain ketimbang menyebarkan kebaikan? Mereka sibuk mencari informasi mengenai kehidupan orang lain sebagai bahan pembicaraan dan bahasan bersama teman-teman dibandingkan dengan mencari informasi mengenai diri sendiri untuk memperbaiki diri, ironis? Ya lumayan. Tapi begitulah naluri manusia, lebih mudah mencari kesalahan orang lain ketimbang menemukan kesalahan diri sendiri lalu introspeksi diri. Peduli itu memang penting, tapi seringkali kita lebih mempedulikan hal-hal negatif dan mengungkapnya menjadi hal yang berlebihan dibandingkan dengan mengingatkan yang bersangkutan dan melupakan kesalahannya. Begitulah manusia.

Padahal Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW bersabda:
“Muslim itu saudara(nya) muslim. Ia tidak boleh mendzholiminya dan tidak boleh menyerahkannya ke tangan musuh. Barangsiapa yang berkenan memenuhi hajat kebutuhan saudaranya, maka Allah pasti memenuhi hajatnya. Barangsiapa melepaskan suatu kesulitan muslim, maka Allah akan melepaskan darinya salah satu kesulitannya pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) muslim, maka Allah akan menutupi (aib)nya pada hari kiamat.“
Begitu adil dan mudah bukan? :)

Saya tidak bilang bahwa saya sudah menjadi orang yang samasekali tidak membicarakan orang lain, justru post ini saya tulis untuk mengingatkan diri saya sendiri, semoga kita termasuk orang-orang yang dilindungi Allah SWT. Aamiin yaRabbal alamiin :D